Selasa, 10 Januari 2017

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN EMOSIONAL



PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN EMOSIONAL

A.    Perkembangan Intelektual
1.      Aspek Perkembangan Kognitif: Tahap Operasi Konkrit Piaget
Kadang-kadang anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkrit (concrete operations), yaitu pada waktu anak dapat berpikir secara logis mengenai segala sesuatu.

2.      Berpikir Operasional
Manurut Piaget pada tahap ketiga, anak mampu berpikir operasional: mereka dapat mempergunakan berbagai symbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Semacam ini berlaku sampai pada tahap berbagai opersi formal, sampai pada tahap remaja, anak mampu berpikir secara abstrak, tes hipotesis, dan mengerti tentang kemungkinan (probabilitas).

3.      Konservasi
Konservasi adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat mengembangkan berbagai operasi pada tahap konkrit, misalnya mengenal atau mengetahui dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.

4.      Bagaimana konservasi dikembangkan
Pada umumnya anak bergerak dengan melalui tiga tahapan dalam mengusai konservasi.
Tahap pertama, anak preoperasional gagal mengkonservasi dalam arti tidak mengerti tentang konsep perubahan, mereka tidak mengetahui dan tidak mengerti behwa mereka dapat merubah sesuatu, misalnya dengan menggerakkan sesuatu benda (bola) tanpa merubah bentuknya.
Tahap kedua, merupakan transisional. Mereka lebih banyak memperhatikan berbagai hal dan tidak terpaku pada satu aspek saja dalam situasi tertentu, seperti berat, lebar, panjang, dan tebal akan tetapi mereka gagal mengetahui berbagai dimensi tersebut berhubungan satu sama lain. Tahap ketiga, yaitu tahap terakhir, anak dapat mengkonservasi dan dapat memberikan alas an secara logis atas jawaban yang mereka berikan. Alasan tersebut mengacu pada perubahan, identitas, atau konpensasi. Jadi anak pada operasi konkret menunjukkan suatu kualitas kognitif lebih lanjut daripada anak preopersional.

B.     Perkembangan Emosi

1.      Gangguan Emosional pada Kanak-kanak
Berbagai penyebab ketakutan pada anak, misalnya pada suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah; takut berhadapan dengan seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewasa di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa, abik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.

2.      Beberapa tipe masalah emosional
Kebrutalan atau kebringasan anak Nampak pada prilakunya; mereka menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain. Misalnya, berkelahi, membohong, mencuri, merusak hak milik dan merusak aturan yang berlaku. Bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emusional yang terganggu. Setiap prilaku yang kronis harus dianggap sebagai suatu tanda adanya emosional yang terganggu.

3.      Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan dimulai pada masa kanak-kanak.diantaranya gangguan keinginan terpisah dan ketakutan (phobia) sekolah. Gangguan semacam ini sering kali tidak mau berteman; dengan kata lain dia suka menyendiri dan selalu peduli terhadap penyakitnya, misalnya sakit kepala, sakit perut. Kondisi semacam itu dapat mempengaruhi anak laki-laki maupun perempuan semenjak kanak-kanak bahkan sampai dewasa usia mehasiswa.

4.      Takut sekolah
Unsure yang paling utama dalam memperlakukan anak yang takut (phobia) pada sekolah dapat dimulai sejak dini dan dilakukan secara terus menerus. Apabila perlakuan semacam ini dilakukan secara teratur dan dibimbing dengan baik, maka pada saat kembali ke sekolah anak tersebut tidak akan mengalami kesukaran apapun.
5.      Kematangan sekolah
Secara umum, usia anak yang dianggap matang sekolah adalah lima atau enam tahun. Pada rentang usia ini, anak telah mencapai perkembangan fisik sebagai dasar yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan segala sesuatu di sekolah, antara lain, anak telah mampu mengurus dirinya sendiri, menguasai penggunan alat tulis dengan benar, dan dapat menerima makanan padat, disamping perkembangan kognitif yang memadai, misalnya anak mulai dapat membeca dan menulis.

6.      Depresi pada masa Kanak-kanak
Gejala dasar yeng mempengaruhi gangguan tersebut adalah serupa pada masa kanak-kanak hingga dewasa. Keakraban hanya merupakan salah satu tanda dari masa kanak-kanak yang mengalami depresi. Gangguan tersebut dapat mengakibatkan anak tidak suka bersenang-senang, tidak dapat berkonsentrasi dan menunjukan berbagai reaksi emosional yang normal. Gejala depresi antara lain; gangguan konsentrasi, tidur kurang, selera makan kurang, mulai berbuat kejelekan di sekolah, tidak merasa  bahagia, selalu mengeluh karena penyakit jasmani yang dideritanya, selalu merasa bersalah. Ada yang berpendapat bahwa hal ini merupakan factor keturunan, ada yang mengatakan bahwa depresi tersebut dikarenakan adanya stress umum dalam keluarga, atau dikarenakan kurang perhatian orang tua karena mereka juga sedang mengalami gangguan.

7.      Perawatan problema emosional
Perawatan secara khusus untuk gangguan tersebut tergantung pada berbagai factor, misalnya problema yang bersifat alamiah, kepribadian anak, kesedian orang tua untuk berpartisipasi, kemudahan diperolehnya perawatan dalam masyarakat, social ekonomi orang tua, dan orientasi profesional pada pertama kali berkonsultasi.

PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan  perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas  dua periode besar, yaitu: periode prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun).
Periode linguistic terbagi dalam tiga fase, yaitu:
1.      Fase satu kata atau Holofrase, menyatakan pikiran yang konpleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas.
2.      Fase lebih dari satu kata, pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata.
3.      Fase ketiga adalah fase diferensiasi, periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah  sampai lima tahun. Anak mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya.
PERKEMBANGAN SOSIAL, MORAL DAN SIKAP
A.    Perkembangan Sosial
Kemampuan anak untuk menyusuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas soaial merupakan modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses dan menyenangkan pada waktu yang akan datang.

1.      Ganjaran atau Hadiah
Ganjaran atau Hadiah adalah bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap suatu prestasi yang telah dicapai.

Fungsi Hadiah
Tiga fungsi hadiah yang amat penting dalam pendidikan, yaitu:
a.       Memiliki nilai pendidikan
b.      Memberikan motivasi kepada anak
c.       Memperkuat perilaku
2.      Hukuman
a.       Fungsi Hukuman
1.      Fungsi Restriktif sebagai pembatasan
2.      Hukuman sebagai fungsi pendidikan sebagai penjelasan
3.      Hukuman sebagai penguat motivasi  sebagai memperkuat.

B.     Perkembangan Moral dan Sikap
Pada dewasa ini pakar identifikasi sebagai sumber dari proses mempelajari perilaku moral. Beberapa proses perilaku moral dan sikap anak.

1.      Imitasi (Imitation), berarti peniruan sikap,
2.      Internalisasi adalah suatu proses yang merusak karena pengaruh social.
3.      Introvert dan ekstrovert, introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan yang diambil berdasarkan pada perasaan, pemikiran dan pengalamannya sendiri. Sebaliknya ekstrovert adalah kecenderungan untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi diluar dirinya.
4.      Kemandirian, adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral.
5.      Ketergantungan atau overdependency,memiliki ketidakmandirian, yang mencakup fisik atau mental dan prilakunya berlainan dengan anak “normal”.
6.      Bakat atau aptitude, potensi dalam diri seseorang untuk mencapai sesuatu tingkat kecakapan.

Menurut ilmu pengetahuan terdapat dua jenis bakat yang dimiliki dan dapat dikembangkan, yaitu:
a.       Bakat yang bertalian dengan kemahiran atau kemampuan mengenai suatu bidang pekerjaan khusus, contoh: orang berbakat dagang, menulis/menyusun karangan dsb; bakat semacam ini disebut juga vocational aptitude.
b.      Bakat yang diperlukan untuk berhasil dalam tipe pendidikan tertentu atau pendidikan khusus, misalnya bakat melihat ruang (dimensi) yang diperlukan oleh orang arsitek, disebut juga scholastic aptitude.

PERBEDAAN INDIVIDUAL ANAK USIA SD
A.    Perbedaan pada perkembangan fisik
Rata-rata pertumbuhan tersebut sangat berbeda antara rasa tau bangsa diberbagai Negara, faktor lingkungan juga akan mempunyai peranan dalam mempertajam perbedaan individu anak. Kondisi kesehatan anak dapat berbeda, faktor lingkungan sekolah yang nyaman, asri, kelas yang terang dan bersih.




Perkembangan motorik pada anak laki-laki dan perempuan usia SD

Usia
Perilaku yang terpilih
6




7



8




9



10
Dalam gerakan anak perempuan lebih superior dan teliti, sedangkan pada anak laki-laki lebih superior dalam kekuatan, dan beberapa tindakannya kurang kompleks. Ada kemungkinan saling menyiap. Anak-anak dapat melempar dengan pergeseran berat yang tepat dan langkah yang tetap.

Keseimbangan dengan berdiri satu kaki tanpa memperhatikan kemungkinannya. Anak-anak dapat berjalan melangkah lebar dengan seimbang. Anak-anak dapat melompat secara teliti dalam segi tempat yang sempit. Anak-anak mampu melakukan lompatan dengan tepat.

Memiliki kekuatan menggenggam secara ajeg dengan tekanan 6 kg. pada usia tersebut anak laki-laki dan perempuan suka bergabung dalam permainan kelompok. Anak-anak juga melakukan gerakan berirama dengan pola 2-2, 2-3 atau 3-3. Anak-anak perempuan dapat melempar bola sejauh 12 meter, sedangkan anak laki-laki dapat lebih jauh, yaitu 21 meter.

Anak perempuan dapat mpat setinggi 21 centimeter, sedangkan anak laki-laki dapat sampai 10 inci. Anak laki-laki dapat lari sejauh 49,5 meter per detik, anak perempuan kurang dari 37,5 meter per detik.

Anak laki-laki dapat melompat setinggi 150 cm, sedangkan anak perempuan melompat setinggi 135 cm.
Kesimpulan yang diambil dari hasil studi di atas, bahwa apabila siswa laki-laki dan perempuan di kelas 3, 4, dan 5 SD diberi pendidikan jasmani yang sama, maka pada beberapa hal anak perempuan anak berhasil lebih baik daripada anak laki-laki. Beberapa hal tersebut adalah bias berjalan cepat dan meloncat jauh (E.G. Hall & Lee, 1984).

Perbedaan Perkembangan Moral pada Anak

Tahapan
Perkiraan Usia
Perkembangan
0
4-6 tahun
Anak berpendapat bahwa pandangan dia hanya satu-satunya kemungkinan
1
6-8 tahun
Anak sadar bahwa orang lain mengintergrasikan suatu situasi dengan cara yang berbeda dengan interprestasi mereka sendiri
2
8-10 tahun
Anak mempunyai kepedulian yang bertolak belakang menyadari bahwa orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dan orang lain peduli bahwa dia memiliki pandangan tertentu. Anak mengerti bahwa membiarkan orang lain tahu bahwa permohonannya tidak akan dilupakan
3
10-12 tahun
Anak dapat membayangkan bahwa perspektif orang ketiga perlu diperhitungkan
4
Remaja
Orang-orang sadar bahwa komunikasi dan pengambilan peranan tidak selalu dapat menyelesaikan masalah untuk mengatasi nilai-nilai lawannya

Jenis-jenis Kebutuhan Anak Usia SD

Sebagai makhluk psiko-fisik, anak-anak sejak bayi sudah memiliki kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisik dan spikis, akan terjadi perubahan-perubahan kebutuhan yang lebih besar. Kebutuhan sosial psikologis akan semakin lebih banyak disbanding dengan kebutuhan fisiknya sejalan dengan usianya. Pada dasarnya, kebutuhan individu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, seksual, atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis adalah kebutuhan sekunder dapat mencakup kebutuhan untuk mengembangkan kepribadian pada seseorang, contohnya kebutuhan untuk dicintai, mengaktualisasikan diri, atau kebutuhan untuk memiliki sesuatu, dimana kebutuhan psikologis tersebut lebih rumit dan sulit diidentifikasi.

Selain kebutuhan yang mendasar seperti diuraikan di atas, terdapat suatu teori kebutuhan yang di kembangkan oleh Maslow (1954), sebagai acuan terhadap teori-teori lain tentang kebutuhan dan masih relevan hingga kini. Membagi berbagai aspek kebutuhan secara berjenjang menjadi 6 aspek kebutuhan.
1.      Kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya,
2.      Kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan dan keindahan,
3.      Kebutuhan akan penghargaan: berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan dan pengakuan,
4.      Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki: berafiliasi dengan orang lain, diterima, dan memiliki,
5.      Kebutuhan dengan rasa aman: merasa aman dan terlindungi, jauh dari bahaya,
6.      Kebutuhan fisiologis: rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya.       












Asfek Kebutuhan Menurut Lindgren

Jenjang
Deskripsi
Karakteristik
4



3


2




1

Aktualisasi Diri



Kebutuhan untuk memiliki


Perhatian dan kasih sayang




Kebutuhan jasmaniah, termasuk keamanan dan pertahanan diri

Kebutuhan yang terkait dengan pengembangan diri yang lebih rumit dan sifat sosial.

Kebutuhan yang terkait dengan mencari teman, atau pegangan pada orang lain.

Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memiliki. Bisa berupa kebutuhan untuk diperhatikan, diterima atau diakui teman.

Berkaitan dengan pemeliharaan dan pertahanan diri yang sifatnya individual.


Pembagian keempat aspek kebutuhan bersifat hierarkis dari kebutuhan yang mendasar yaitu jasmani hingga aktualisasi diri.
Pemaparan dari keempat  tersebut diantaranya:

A.    Kebutuhan Jasmaniah pada anak usia SD
             Sesuai dengan perkembangan fisik anak usia SD yang bersifat individual, pada masa tumbuh kembang, kebutuhan anak akan berpariasi misalnya, porsi makanan dan minuman meningkat, kebutuhan pemeliharaan dan pertahanan diri, perkembangan moral dan sosial.
Sehubungan dengan pemenuhan beberapa kebutuhan melalui disiplin, Hurlock (1978) mengemukakan bahwa disiplin berguna bagi anak untuk:
1.      Memberikan rasa aman, dengan memberitahukan kepada mereka secara tegas.
2.      Membantu anak untuk menghindari rasa bersalah atau malu karena telah berbuat salah.
3.      Berusaha belajar bersikap sesuai dengan cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan sebagai tanda agar tumbuh dan berkembang secara positif.
4.      Mendorong anak mencapai apa yang diharapkan dari dirinya, jika disiplin sesuai dengan perkembangan dirinya.
5.      Mengembangkan hati nurani dan mengasah intuisi dalam dirinya, dapat mengambil keputusan secara bertnggungjawab dan juga dapat mengendalikan tingkah laku.


B.     Kebutuhan akan kasih sayang
Pada tahap perkembangan social anak usia SD terutama yang duduk di kelas tinggi SD, sudah ingin memiliki teman-teman tetap. Perkembangan tersebut sejalan dengan kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi teman.

C.     Kebutuhan untuk memiliki
Pada masa usia di kelas rendah, anak sudah mulai meninggalkan dirinya sebagai pusat perhatian. Sehingga kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. Artinya, segala sesuatu baik teman maupun guru dipandang sebagai punya diri sendiri.
D.    Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini relative lebih abstrak dan komplek, dan merupakan kebutuhan tingkat tinggi pada dasarnya merupakan perkembangan dari kebutuhan sebelumnya.
Salah satu kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan berprestasi atau need achievement. Karena anak SD sudah timbul keinginan untuk menjadi terhebat, maka mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi.

Dari uraian keempat aspek kebutuhan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua kebutuhan bisa saling mengisi dan berbeda satu dengan yang lain terhadap setiap masing-masing anak dan sejalan dengan perbedaan perkembangan mereka.

            DeCecco dan Grawford (1974) mengajukan 4 peranan guru untuk memberikan dan meningkatkan motivasi siswa, yaitu:

1.      Membangkitkan semangat siswa
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus selalu peka terhadap perubahan kebutuhan siswa dengan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran agar siswa tidak menjadi bosan.

2.      Memberikan harapan yang realistis
Guru harus menjelaskan harapan yang relistis yang dapat dicapai siswa dengan keadaan perbedaan siswa-siswanya dan dapat memodifikasi atau merubah harapan-harapan yang tidak realistis. Guru harus mempunyai data tentang kemajuan akademis.


3.      Memberikan insentif
Guru perlu memberikan insentif kepada siswa diantaranya berupa, penghargaan, pujian, hadiah, atau kata-kata yang manis.

4.      Memberikan pengarahan
Guru semestinya harus mengatakan tegas kepada siswa apabila siswa berbuat kekeliruan. Guru perlu pula meminta kepada siswanya untuk melakukan tindakan yang diharapkan dengan sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar